Rabu, 07 November 2012

MENCARI BEBERAPA REFERENSI TENTANG MOTODE MENGAJAR YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGAJAR PENJAS SELAIN YANG SUDAH DIJELASKAN DALAM PERKULIAHAN

MENCARI BEBERAPA REFERENSI TENTANG MOTODE MENGAJAR YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENGAJAR PENJAS SELAIN YANG SUDAH DIJELASKAN DALAM PERKULIAHAN


DISUSUN OLEH:
KHAMID FAUZI
10601241046
PJKR A

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
2012

Metode berasal dari bahasa Latin ” Meta ” dan ” Hodos “. Meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metode adalah cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan pengertian mengajar menurut Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Sedangklan Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Namun menurut Biggs (1991), seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam pengertian yaitu :
a. Pengertian Kuantitatif dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge, yakni penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebai-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya siswa bukan tanggung jawab pengajar.
b. Pengertian institusional yaitu mengajar berarti . the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan dan kebutuhannya.
c. Pengertian kualitatif dimana mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari definisi-definisi mengajar dari para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan tujuan pengajaran tercapai. Sedangkan pengertian pendidikan jasmani menurut Depdiknas (2003) merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Metode mengajar merupakan pedoman cara khusus untuk penyampaian materi pembelajaran untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Menurut Mosston (1986) mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antar guru dan siswa yaitu :
1. Mencoba mencapai keserasian anatara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
2. Masalah yang tentang metode mengajar.
3. Kita juga dapat mengatasi kecenderungan pribadi seseorang guru.
4. Mengajar-Belajar-Tujuan
5. Perilaku guru sebagai titik masuk
Dari analisis metode mengajar menurut perilaku guru, perilaku siswa dan tujuan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Metode latihan keterampilan ( Drill method )
Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.
Kelebihan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. Dapat untuk memperoleh kecakapan mental, seperti dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
Kekurangan metode latihan keterampilan sebagai berikut :
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
c. Kadang-kadang latihan tyang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.
d. Dapat menimbulkan verbalisme.
2. Metode mengajar beregu ( Team teaching method )
Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.
SUMBER: http://elisiusjunaidi.blogspot.com/2012/04/metode-mengajar-dalam-pendidikan.html
3. Gaya Program Individual
Dalam gaya program individual ini, program pembelajaran didesain oleh siswa. Program disusun oleh siswa dan didasarkan atas pengalaman dengan gaya-gaya lainnya. Kemudian siswa mengidentifikasi criteria pencapaian hasil belajar.
4. Gaya Yang Diprakarsai Siswa
Dalam gaya yang diprakarsai siswa, siswa membuat keputusan dalam pra pertemuan dan secara teratur mengecek dengan guru.
5. Gaya Mengajar Sendiri
Dalam gaya mengajar sendiri, keputusan diambil oleh siswa.
6. Gaya Modifikasi (Modification Style)
Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Misalnya dalam permasalahan minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.
7. Metode Bermain
Dalam metode bermain, pembelajaran pendidikan jasmani diciptakan suasana yang menyenanakan. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan yakni bergerak melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Kata kunci metode ini adalah adalah “Bermain – bergerak – ceria”.
Implikasi Metode Bermain yakni:
1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.
M. Metode Eksplorasi (Exploration Style)
Dalam metode eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dari beraneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di lapangan.
8. Metode Elaborasi (Elaboration Style)
Dalam metode elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik belajar melalui tugas-tugas tertentu;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil belajar individual maupun
kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan turnamen;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
9. Metode Konfirmasi (Confirmation Style)
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalammencapai kompetensi dasar:
5) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan tekhnik yang benar;
6) membantu menyelesaikan masalah yang dialami peserta didik;
7) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
8) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;\
9) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Dalam kegiatan penutup, guru:
a)bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan pembelajaran;
b) melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Sumber: http://0ocky0.wordpress.com/2010/01/06/gaya-atau-metode-mengajar-pembelajaran-pendidikan-jasmani/
10. Metode Simulasi.
Metode ini menampilkan simbol-simbol, atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya, siswa dapat melakukan seperti keadaan sebenarnya, tetapi bukan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya. Pada intinya metode ini memindahkan situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek dalam situasi yang sebenarnya, misalnya:
Kelebihannya siswa dapat melakukan seperti keadaan sebenarnya, tetapi bukan proses, kejadian atau benda yang sebenarnya
Kelemahananya hanya bias diterapkan di sekolah-sekolah tertentu
Sumber:http://manesa08penjas.blogspot.com/2011/02/metode-mengajar-dalam-penjas.htm006C

11. Metode Keseluruhan | Whole Method
Dalam pembelajaran penjas dengan Metode Keseluruhan anak-anak langsung disuruh bermain, jadi seluruh unit dipelajari sekaligus. Dengan demikian teknik dasar bermain tidak dipelajari tersendiri (secara khusus). Bila terjadi kesalahan teknik dasar dalam bermain maka permainan dihentikan, kemudian dibetulkan dengan sedikit penjelasan dan demonstrasi setelah itu permainan dilanjutkan kembali. Adapun keuntungan dan kelemahan dalam Metode Keseluruhan adalah sebagai berikut.
Keuntungan Dalam Metode Keseluruhan :
•    Hasrat atau kemauan anak dalam bermain dapat dipenuhi sehingga anak tidak mudah merasa bosan.
•    Dapat mengembangkan kerjasama tim.
•    Dapat memahami isi permainan secara keseluruhan, teknik, taktik serta peraturan permainan.
Kelemahan Dalam Metode Keseluruhan :
•    Penguasaan teknik dasar permainan tidak dapat dipelajari dengan sempurna
•    Permainan tidak berjalan dengan lancer karena banyak terjadi pelanggaran yang disebabkan karena penguasaan teknik dasar belum sempurna.
•    Skill individu pemain tidak dapat berkembang dengan baik karena teknik dasar permainan tidak dipelajari secara khusus.
Sumber:http://artikelpenjas.blogspot.com/2012/08/metode-keseluruhan-dalam-pembelajaran.html
12.      Metode Progresif
Metode progresif (progresif method) adalah cara mengajar dimana bahan latihan atau keterampilan dibagi dalam beberapa unit atau bagian. Yang harus dilakukan disini adalah mencoba mencari atau menentukan inti dari keterampilan yang bersangkutan. Inti itulah yang kemudian dijadikan bagia pertama yag harus dilakukan. Sebagai contoh, untuk mengajar lompat jauh gaya lenting dengan metode progresif adalah dengan menentukan silkap melenting di udara sebagai intinya.
Sumber: http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2011/12/prinsip-dasar-latihan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar